Penjelasan L300 Sendiri
Mitsubishi
L300 merupakan salah satu pick up yang melegenda di Indonesia. Kendaraan niaga
ringan ini modelnya seolah ‘abadi’ sejak meluncur pada 1980-an silam. Dengan
minimnya kelemahan, Mitsubishi L300 menjadi legenda hidup yang tetap eksis
hingga sekarang.
L300
telah memiliki sejarah panjang sebelum masuk ke Indonesia. Untuk versi global,
L300 dijual sebagai Delica dan sempat berlaga di ajang balap bergengsi. Masuk
ke Indonesia sebagai L300, kendaraan ini dipercaya untuk angkutan barang dan
penumpang.
Uniknya,
beberapa tahun lalu Mitsubishi merilis Delica sebagai sebuah MPV premium untuk
segmen menengah atas. Di saat yang sama, L300 juga tetap dijual sebagai
kendaraan niaga. Padahal, kedua model ini punya moyang yang sama namun kini
nasibnya berbeda.
Mitsubishi
L300 saat diluncurkan, mempunyai 2 varian, pertama adalah mobil dengan bahan
bakar solar dan yang kedua menggunakan bensin. Sayangnya, varian bensin kalah
pamor dibandingkan yang solar dan kini telah punah. Padahal, L300 bensin ini
lebih baik dari segi akselerasinya.
Perjalanan Mitsubishi L300 di Indonesia
Mitsubishi L300 pertama kali hadir di tahun 1981
menggunakan mesin bensin 1.4 Liter inline-4. Selanjutnya di tahun 1984,
Mitsubishi melakukan perbaikan sektor jantung pacu pada L300. Update saat itu
dengan memberikan 2 pilihan mesin baru, yakni versi bensin dan diesel.
Versi bensin, mesin yang digunakan adalah 1.6 Liter
inline-4, sedangkan versi diesel menggunakan mesin 2.3 dan 2.5 Liter Inline-4.
Berdasarkan kesan pengguna, L300 2.5 Liter lebih mendapatkan sambutan baik dari
masyarakat. Mesin bensin pun tersingkir karena lebih boros dari versi L300 yang
mengunakan mesin diesel.
Versi 2.3 liter juga disambut baik meskipun
tenaganya memang kecil, hanya 65 ps di putaran 4.200 rpm. Namun, varian ini
torsinya jelas lebih besar dibanding mesin bensin, yaitu 137 Nm pada 2.000 rpm.
Untuk itu, L300 bermesin 2.3 liter cocok digunakan sebagai kendaraan angkut
barang.
Mitsubishi L300 pikap
Varian mesin diesel 2.5 hadir sebagai upgrade versi
2.3 liter, namun sempat dijual bersamaan antara keduanya. Formulasi mesin
diesel 4-silinder 2.5 liter menghasilkan tenaga 74 ps di putaran 4.200 rpm dan
torsi maksimal 142 Nm pada 2.500 rpm.
Varian bensin 1,6 liter berkode 4G32 Saturn
sebenarnya masih bertahan sampai tahun 2000-an, namun hanya berupa pelengkap
saja. L300 bermesin diesel 4D56 Astron bahkan terus bertahan hingga sekarang.
Mesin ini mudah diperbaiki, dan juga sudah terbukti tangguh menghadapi berbagai
kondisi.
Mitsubishi L300, Kendaraan Minim Facelift Sejak
1981
Perkembangan Mitsubishi Delica di pasar
Internasional begitu cepat, berevolusi menjadi minibus dengan kemampuan off
road mumpuni. Sementara itu di Indonesia, L300 nasibnya tak kunjung berubah
hanya sebagai mobil angkutan barang dan angkutan penumpang komersil. Desainnya
tidak banyak berubah, dan style kotak ini merupakan peninggalan sejak generasi
kedua.
Untuk membedakannya, bentuk L300 generasi pertama
bisa kita kenali dengan kabin yang kotak dan lampu depan bulat besar melotot.
Merek “Mitsubishi” berukuran besar terpampang persis di tengah-tengah kedua
lampu utama. Nah, masuk di generasi kedua, desain headlamp berubah menjadi
kotak.
L300 pernah berlaga di ajang Paris Dakar
Mitsubishi Indonesia sepertinya tak ingin
melepaskan karakter penampilan L300. Gayanya masih saja klasik khas mobil 80-an
dan posisi mesin tetap diletakkan di bawah jok. Pada versi terakhir, terdapat
aksen modern dengan motif garis dan segitiga seperti grille Mitsubishi terkini.
Sayangnya, bentuk kepalanya masih tetap kotak, begitu
juga versi minibus dengan bentuk body yang tak berubah kecuali lampu belakang.
, L300 sebenarnya sudah mengalami 5 kali ‘evolusi’. Perbedaan dengan versi
lawas yaitu lampu depan yang tak lagi berbentuk bulat, namun kotak.
Mitsubishi L300 begitu tenarnya, bahkan punya
julukan lokal yaitu Elsapek, sebutan eL 300 dalam bahasa China Hokian. Interior
Elsapek juga tetap “seadanya”, karena lebih mengutamakan kelegaan kabin.
Sekalipun sudah masuk abad 21, perpindahan gigi Elsapek masih tetap di balik
setir seperti mobil lawas.
Pada versi pikap, Elsapek sangat dicintai karena
sasisnya yang luar biasa kuat. Sudah bukan rahasia lagi, masyarakat Indonesia
sering memuat barang sampai overload dan tidak pernah ada masalah di kaki-kaki
Elsapek.
Dalam istilah orang Jawa, mobil ini adalah gapuro
kabupaten, saking tangguhnya dan tetapn bertahan sampai sekarang. Begitu
lawasnya desain dan minim ubahan, pengguna Elsapek kadang menyebut mobil mereka
ini sebagai mobil dinas peninggalan jaman Majapahit.
Mitsubishi L300, Kendaraan Multifungsi
Mitsubishi Colt L300 umumnya digunakan untuk
angkutan distribusi barang dan jasa, atau antar jemput penumpang dan travel
antar kota. Tidak jarang, L300 juga dipakai sebagai mobil angkutan kota. Mobil
ini jadi favorit karena dimensinya yang pas, tidak terlalu besar tapi juga
tidak kekecilan.
Ukurannya proporsional untuk angkutan penumpang dan
barang. Untuk versi minibus kabinnya cukup lega untuk bisa memuat 10 – 12 orang
penumpang. Bila digunakan sebagai mobil travel eksekutif, maka kapasitasnya
menyusut, jadi 8-10 penumpang saja
Dimensi L300 varian pikap memiliki panjang 4.170
mm, lebar 1.700 mm dan tinggi 1.845 mm. Jarak wheelbase 2.200 mm dengan ground
clearance 200 mm. Ukuran bak belakangnya yaitu memiliki panjang 2.425 mm, lebar
1.440 mm dan tinggi 1.380 mm. Pada dasarnya, L300 memang di desain khusus untuk
dijadikan mobil pengangkut barang.
L300 minibus
Sementara itu, bus chassis memiliki dimensi panjang
4.195 mm, lebar 1.695 mm dan tinggi 1.820 mm. Setelah masuk karoseri, L300
versi minibus memiliki konfigurasi kursi 4 baris x 3 penumpang. Tangki bahan
bakar untuk pikap dan bus chassis berkapasitas 47 liter.
Baik versi penumpang atau pikap angkutan barang,
keduanya punya kelebihan jago di tanjakan, karena tenaga yang selalu terisi di
putaran bawah hingga putaran tinggi. Ini membuat Elsapek bisa diajak lari
kencang juga, dengan sasis yang kuat walau sering overload muatan.
Kelebihan lainnya, pengereman Elsapek sudah
menggunakan cakram berventilasi di bagian depan. Rem teromol masih dipakai
untuk roda belakang, tetapi itu sudah cukup untuk mengoptimalkan pengereman.
Sejak 2007, L300 mendapat fitur power steering yang membuat pengemudi tidak
perlu susah payah memutar setir.
Interior Sederhana Elsapek Minibus
Sekalipun sudah masuk 2019, tidak banyak update
yang dilakukan pada sisi interior L300. Minibus ini hanya mengandalkan dimensi
yang lega, namun fitur sederhana. Demi membuat nyaman, Mitsubishi telah
menyematkan AC Double Blower, reclining seat untuk tiap kursi, dan head unit
untuk memutar cd/mp3 player.
Penyimpanan barang versi minibus sebenarnya cukup
sempit, karena terdesak kursi paling belakang. Untuk memudahkan dalam menyimpan
barang, pihak karoseri biasanya membuatkan pintu belakang. Tapi tetap saja tidak
sebanding, bila diadu dengan Hiace terbaru yang memiliki atap tinggi sehingga
bagasi lebih besar.
Kelemahan Mitsubishi L300, Boros saat Sarat Muatan
Di balik tenaga dan torsinya yang jempolan, L300
minumnya kuat. Konsumsi solarnya cukup banyak, apabila L300 membawa muatan yang
banyak dan jalan menanjak. Namun, bila dibandingkan dengan tenaga maupun torsi
ketika membawa muatan, borosnya konsumsi solar masih dianggap wajar dan
dimaklumi.
Setelah dihapusnya varian bensin, kini L300 hanya
tersisa varian diesel. Akselerasinya khas truk, yang kurang nendang. Selain
itu, getaran yang dihasilkan oleh mesin diesel lebih besar dan suaranya lebih
kasar. Bila digunakan sebagai mobil travel kelas eksekutif, hawa panas dan
getaran mesin sedikit mengganggu penumpang.
Komputasi Awan
Pendahuluan
Cloud
Computing? Pasti banyak dari para pembaca yang sudah sering dengar kata tersebut,
atau jika belum pernah dengar, mungkin pernah dengar istilah dalam bahasa Indonesia-nya,
yaitu “Komputasi Awan”. Ada banyak tulisan dan sudut pandang untuk menjelaskan apa
itu Cloud Computing, namun banyak dari penjelasan tersebut yang terlalu teknis,
sehingga bagi orang awan akan kesulitan untuk memahaminya. Tulisan ini sengaja dibuat
untuk mempermudah orang awam memahami Cloud Computing. Diharapkan setelah membaca
tulisan ini, para pembaca akan bisa memahami dasar pengetahuan mengenai Cloud Computing
dengan lebih mudah.
Apa
itu Cloud Computing?
Untuk
memudahkan pemahaman mengenai model cloud computing kita ambil analogi dari
layanan listrik PLN. Tentu
kita semua adalah
para pemakai listrik dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk bisa
menikmati listrik,
kita tidak perlu mendirikan infrastruktur
pembangkit listrik sendiri, bukan? Yang perlu kita lakukan adalah mendaftar ke PLN
karena PLN sudah menyediakan layanan listrik ini untuk pelanggan.
Kalau
Anda pernah melihat
gardu induk PLN,
Anda akan melihat
bagaimana rumitnya
instalasi
listrik disana dengan banyak sekali transformator dan peralatan berat lainnya (Resource
Pooling). Disinilah sumber daya listrik berpusat untuk kemudian didistribusikan
ke pelanggan. Distribusi listrik ke pelanggan dari gardu induk ini menggunakan kabel
listrik yang sudah distandarisasi. Kabel antara pembangkit listrik dengan gardu
induk biasa dikenal dengan istilah SUTET (Saluran Udara Tegangan Ektra Tinggi).
Dari gardu induk, distribusi kemudian dipecah ke gardu-gardu lain sampai akhirnya
sampai di rumah pelanggan dengan kabel yang
lebih kecil. Kabel listrik yang ada ini menjamin
koneksi
listrik yang cepat, sehingga layanan listrik bisa dinikmati
terus menerus (Broad Network Access).
Setelah
mendaftar, pelanggan bisa memakai
energi listrik dan membayar
kepada PLN
berdasarkan
jumlah penggunaan listrik kita tiap bulan. Jumlah yang dibayar dihitung dari meteran
listrik di rumah pelanggan (Measured Service). Saat pelanggan butuh daya tambahan
karena suatu tujuan khusus (misalnya saat acara pernikahan keluarga), pelanggan
tinggal meminta kepada PLN untuk menambahkan daya, dan suatu saat nanti ketika ingin
menurunkan daya lagi, pelanggan tinggal meminta juga kepada PLN.
Bisa
dikatakan penambahan daya listrik ini bersifat elastis, untuk menambah daya atau
menurukannya bisa dilakukan
segera (Rapid Elasticity). Akan sangat menarik jika kedepannya
untuk melakukan penambahan/penurunan daya tersebut, pelanggan bisa melakukannya
sendiri dari suatu alat yang disediakan oleh PLN., sehingga tidak dibutuhkan
lagi interaksi dengan pegawai PLN (Self Service).
Ketika
memakai layanan listrik dari PLN, pelanggan tidak perlu pusing untuk memikirkan
bagaimana PLN memenuhi kebutuhan listrik . Hal terpenting yang perlu diketahui adalah listrik menyala untuk kebutuhan
sehari-hari, serta berapa
tagihan listrik yang perlu
dibayar tiap bulannya. Pelanggan tidak perlu mengetahui secara detail bagaimana
PLN merawat infrastruktur listriknya, bagaimana ketika mereka ada kerusakan alat,
bagaimana proses perawatan alat-alat tersebut, dsb. Intinya, pelanggan cukup tahu
bahwa dapat menikmati listrik dan berkewajiban membayar biaya tersebut tiap bulannya,
sedangkan PLN sendiri berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan listrik pelanggannya.
Nah,
analogi PLN di atas adalah gambaran dari layanan Cloud Computing. Menurut NIST (National
Institute of Standards and Technology), terdapat 5 karakteristik sehingga sistem
tersebut disebut Cloud Computing, yaitu:
1. Resource
Pooling
Sumber
daya komputasi (storage, CPU, memory, network bandwidth, dsb.) yang dikumpulkan
oleh penyedia layanan (service provider) untuk memenuhi kebutuhan banyak pelanggan
(service consumers) dengan model multi-tenant. Sumber daya komputasi ini bisa berupa
sumber daya fisik ataupun virtual dan juga bisa dipakai secara dinamis oleh para
pelanggan untuk mencukupi kebutuhannya.
2. Broad
Network Access
Kapabilitas
layanan dari cloud provider tersedia lewat jaringan dan bisa diakses oleh berbagai
jenis perangkat, seperti smartphone, tablet, laptop, workstation, dsb.
3. Measured
Service
Tersedia
layanan untuk mengoptimasi dan memonitor layanan yang dipakai secara otomatis.
Dengan monitoring sistem ini, kita bisa melihat berapa resources komputasi yang
telah dipakai, seperti: bandwidth , storage, processing, jumlah pengguna aktif,
dsb. Layanan monitoring ini sebagai bentuk transparansi antara
4. Rapid Elasticity
Kapabilitas
dari layanan cloud provider bisa dipakai oleh cloud consumer secara dinamis berdasarkan
kebutuhan. Cloud consumer bisa menaikkan atau menurunkan kapasitas layanan. Kapasitas
layanan yang disediakan ini biasanya tidak terbatas, dan service consumer bisa dengan
bebas dan mudah memilih kapasitas yang diinginkan setiap saat.
5. Self Service
Cloud
Consumer bisa mengkonfigurasikan secara mandiri layanan yang ingin dipakai melalui
sebuah sistem, tanpa perlu interaksi manusia dengan pihak cloud provider. Konfigurasi
layanan yang dipilih ini harus tersedia segera dan saat itu juga secara otomatis.
Kelima
karakteristik Cloud Computing
tersebut harus ada
di service provider jika ingin
disebut
sebagai penyedia layanan Cloud Computing. Salah satu saja dari layanan tersebut
tidak terpenuhi, maka penyedia layanan tersebut belum/tidak pantas disebut sebagai
cloud provider.
Layanan
Cloud Computing
Setelah
pengguna mengetahui karakteristik dari Cloud Computing, berikutnya akan dibahas
jenis-jenis layanan dari Cloud Computing. NIST sendiri membagi jenis layanan Cloud
Computing menjadi tiga sebagai berikut:
1. Software
as a Service (SaaS)
SaaS
adalah layanan dari Cloud Computing
dimana pelanggan dapat menggunakan software (perangkat lunak) yang
telah disediakan oleh cloud
provider. Pelanggan cukup tahu bahwa perangkat
lunak bisa berjalan dan bisa digunakan dengan baik.
Contoh
dari layanan SaaS ini antara lain adalah:
Layanan produktivitas: Office365, GoogleDocs,
Adobe Creative Cloud, dsb.
Layanan email: Gmail, YahooMail, LiveMail,
dsb.
Layanan social network: Facebook,
Twitter, Tagged, dsb.
Layanan instant messaging: YahooMessenger,
Skype, GTalk, dsb.
Selain contoh di atas, tentu masih banyak lagi contoh yang lain. Dalam perkembangannya, banyak perangkat lunak
yang dulu hanya bisa dinikmati dengan menginstal aplikasi tersebut di komputer kita
(on-premise) mulai bisa dinikmatidengan layanan Cloud Computing.
Keuntungan dari
SaaS ini adalah kita
tidak perlu membeli lisensi software lagi. Kita
tinggal
berlangganan ke cloud provider dan tinggal membayar berdasarkan pemakaian.
2. Platform
as a Service (PaaS)
PaaS
adalah layanan
dari Cloud Computing kita bisa menyewa “rumah” berikut
lingkungannya, untuk menjalankan aplikasi yang telah dibuat. Pelanggan tidak perlu
pusing untuk menyiapkan “rumah” dan memelihara “rumah” tersebut. Yang penting aplikasi
yang dibuat dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan “rumah” ini (sistem operasi,
network, database engine, framework aplikasi, dll) menjadi tanggung jawab dari penyedia
layanan.
Sebagai
analogi, misalkan ingin menyewa kamar hotel, kita tinggal tidur di kamar yang
sudah
disewa, tanpa peduli bagaimana “perawatan” dari kamar dan lingkungan kamar. Yang
terpenting adalah, suasananya nyaman untuk digunakan. Jika suatu saat dibuat tidak
nyaman, maka pelanggan dapat pindah ke hotel lain yang lebih bagus layanannya. Contoh
penyedia layanan PaaS: Amazon Web Service, Windows Azure, dan GoogleApp Engine
Keuntungan
dari PaaS bagi pengembang dapat fokus pada
aplikasi yang sedang
dikembangkan
tanpa harus memikirkan
“rumah” untuk aplikasi,
dikarenakan ahl tersebut sudah menjadi tanggung jawab cloud
provider.
3. Infrastructure
as a Service (IaaS)
IaaS
adalah layanan dari Cloud Computing sewaktu kita bisa “menyewa” infrastruktur IT
(unit komputasi, storage, memory, network, dsb). Dapat didefinisikan berapa besar
unit komputasi (CPU), penyimpanan
data (storage), memory (RAM), bandwidth , dan konfigurasi lainnya yang akan disewa. Untuk
lebih mudahnya, layanan IaaS ini adalah seperti menyewa komputer yang masih kosong.
Kita sendiri yang mengkonfigurasi komputer ini untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan
kita dan bisa kita install sistem operasi dan aplikasi apapun diatasnya.
Contoh
penyedia layanan IaaS : Amazon EC2, Rackspace Cloud, Windows Azure, dsb.
Keuntungan
dari IaaS ini adalah kita tidak perlu membeli komputer fisik, dan konfigurasi
komputer
virtual tersebut dapat diubah (scale up/scale down) dengan mudah. Sebagai contoh,
saat komputer virtual tersebut sudah kelebihan beban, kita bisa tambahkan CPU, RAM,
Storage, dsb. dengan segera.
Untuk
lebih memudahkan pemahaman mengenai model cloud
computing, perhatikan
gambar
transformasi dari on-premise model ke cloud model dibawah ini:
Gambar
1: Transformasi on-premise model ke cloud model
Deployment
Model Cloud Computing?
Setelah
kita tahu jenis
layanan dari cloud
computing, sekarang kita bahas tentang deployment model dari cloud computing.
Menurut NIST, ada empat deployment model dari cloud computing ini, yaitu:
1. Public
Cloud
Adalah layanan Cloud Computing
yang disediakan untuk masyarakat umum. Pengguna bisa langsung mendaftar ataupun
memakai layanan yang ada. Banyak layanan Public Cloud yang gratis, dan ada
juga yang perlu
membayar untuk bisa
menikmati layanannya.
Contoh
Public Cloud yang gratis: GoogleMail, Facebook, Twitter, Live Mail, dsb.
Contoh
Public Cloud yang berbayar: Sales Force, Office365, GoogleApps, dsb.
Keuntungan:
Pengguna
tidak perlu berinvestasi untuk merawat serta membangun infrastruktur, platform,
ataupun aplikasi. Kita tinggal memakai secara gratis (untuk layanan yang gratis)
atau membayar sebanyak pemakaian (pay as you go). Dengan pendekatan ini,
kita
bisa mengurangi dan merubah biaya Capex (Capital Expenditure) menjadi Opex
(Operational
Expenditure).
Kerugian:
Sangat
tergantung dengan kualitas layanan internet (koneksi) yang kita pakai. Jika koneksi
internet mati, maka tidak ada layanan yang dapat diakses. Untuk itu, perlu dipikirkan secara matang infrastruktur
internetnya.
2. Private
Cloud
Adalah layanan
cloud computing yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan
internal dari organisasi/perusahaan. Biasanya departemen IT akan berperan
sebagai service provider (penyedia layanan) dan departemen
lain menjadi service consumer. Sebagai service provider, tentu saja Departemen IT harus bertanggung
jawab agar layanan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan standar kualitas layanan
yang telah ditentukan oleh perusahaan, baik infrastruktur, platform, maupun aplikasi
yang ada.
Contoh
layanannya:
SaaS:
Web Application, Mail Server, Database Server untuk keperluan internal. PaaS: Sistem
Operasi + Web Server + Framework + Database yang untuk internal IaaS: Virtual machine
yang bisa di-request sesuai dengan kebutuhan internal Keuntungan:
Menghemat
bandwidth internet ketika layanan
itu hanya diakses
dari jaringan
internal.Proses
bisnis tidak tergantung dengan koneksi internet, akan tetapi tetap saja tergantung
dengan koneksi jaringan lokal (intranet).
Kerugian:
Investasi
besar, karena kita sendiri yang harus menyiapkan infrastrukturnya.Butuh tenaga
kerja untuk merawat dan menjamin layanan berjalan dengan baik.
3. Hybrid
Cloud
Adalah gabungan dari layanan Public Cloud dan Private Cloud yang
diimplementasikan oleh suatu organisasi/perusahaan. Dalam Hybrid Cloud ini, kita
bisa memilih proses bisnis mana yang bisa dipindahkan ke Public Cloud dan proses
bisnis mana yang harus tetap berjalan di Private Cloud.
Contohnya:
Perusahaan
A menyewa layanan dari GoogleApp Engine (Public
Cloud) sebagai
“rumah”
yang dipakai untuk aplikasi
yang mereka buat. Di
negara
tersebut ada aturan kalau data nasabah
dari sebuah perusahaan tidak boleh disimpan pada pihak ketiga. Untuk menaati peraturan
yang ada, data nasabah dari perusahaan A tetap disimpan pada database mereka sendiri
(Private Cloud), dan aplikasi akan melakukan konektifitasnya ke database internal
tersebut.
Perusahaan
B menyewa layanan dari Office365 (Public Cloud). Karena perusahaan B tersebut sudah
mempunyai banyak user yang tersimpan di Active Directory yang berjalan di atas Windows
Server mereka (Private Cloud), akan lebih efektif kalau Active Directory tersebut
dijadikan identity untuk login ke Office365.
Keuntungan:
Keamanan
data terjamin karena data dapat dikelola sendiri (hal ini TIDAK berarti penyimpan
data di public cloud tidak aman, ya).
Lebih
leluasa untuk memilih mana proses bisnis yang harus tetap berjalan di private cloud
dan mana proses bisnis yang bisa dipindahkan ke public cloud dengan tetap menjamin
integrasi dari keduanya.
Kerugian:
Untuk
aplikasi yang membutuhkan integrasi antara public cloud dan private cloud, infrastruktur
internet harus dipikirkan secara matang.
4. Community
Cloud
Adalah
layanan Cloud Computing yang dibangun eksklusif untuk komunitas tertentu, yang consumer-nya
berasal dari organisasi yang mempunyai perhatian yang sama atas sesuatu/beberapa
hal, misalnya saja standar keamanan, aturan, compliance, dsb. Community Cloud ini
bisa dimiliki, dipelihara, dan dioperasikan oleh satu atau lebih organisasi dari
komunitas tersebut, pihak ketiga, ataupun kombinasi dari keduanya.
Keuntungan:
Bisa
bekerja sama dengan organisasi lain dalam komunitas yang mempunyai kepentingan yang
sama. Melakukan hal yang sama bersama-sama tentunya lebih ringan daripada melakukannya
sendiri.
Kerugian:
Ketergantungan
antar organisasi jika tiap-tiap organisasi tersebut saling berbagi sumber daya.
Kesimpulan
Tulisan
Pengantar Cloud Computing ini diharapkan bisa memberikan gambaran awal bagi Anda
yang belum memahami mengenai Cloud Computing. Setelah Anda paham mengenai karakteristik,
jenis layanan, dan deployment model dari cloud computing ini, Anda bisa mulai untuk
mendalami sesuai dengan ketertarikan masing-masing. Dalam perkembangannya banyak
sekali penyedia layanan SaaS, PaaS ataupun IaaS yang bisa Anda pertimbangkan untuk
memenuhi kebutuhan anda.
Bagi
end user, Anda
bisa mendalami bagaimana memakai layanan SaaS sesuai dengan aplikasi yang Anda butuhkan karena tren
ke depan akan semakin banyak aplikasi yang biasa Anda gunakan
di desktop akan ada
di cloud.
Untuk software developer dan software
architect mulai sekarang Anda bisa
mendalami bagaimana memanfaatkan layanan PaaS untuk membuat aplikasi yang Anda buat berjalan
di cloud. Anda cukup fokus kepada aplikasi yang Anda buat,
dan
biarkan PaaS provider memastikan “rumah” yang nyaman
untuk aplikasi Anda. Jika Anda seorang SysAdmin,
IT Pro Anda bisa mendalami IaaS karena Anda yang akan menyiapkan dan memelihara
infrastruktur dari cloud.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus